Gempa di Jogja…
Tepatnya Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.58 sebuah gempa dengan kekuatan  hamper 6 skalarikter mengguncang Yogya, ratusan bahkan ribuan orang  meninggal, luka – luka, kehilangan rumah, kehilangan sanak  keluarga.hmm..jadi teringat tiga tahun lalu ketika aku masih tinggal di  Yogya.
Saat itu, pagi-pagi sekali setelah mandi, dan bersiap-siap  akan berangkat sekolah dan pada saat itu, tepatnya hari sabtu dengan  seragam krem untuk hari itu dan bersiap untuk ujian fisika. seperti  biasanya pas pagi-pagi sebelum sekolah, aku berada di ruang TV. Dan  tiba- tiba goncangan hebat itupun terjadi. Ketika terjadi goncangan  hebat itupun aku berusaha untuk berdiri, namun tak sanggup ku berdiri,  monitor computer yang ada di atas meja komputerpun jatuh, atap – atap  ambruk, tembok – tembok ambruk, rak – rak buku ambruk, semua ambruk.  Setelah gempa selesai aku berusaha berdiri, dan berusaha untuk membuka  semua pintu. Karena pada saat itu aku berada seorang diri di rumah dan  pada saat itu pagi, jadi sebelumnya aku belum membuka pintu-pintu itu.  Setelah terbuka pintu tengah, pintu antara ruang tengah dan ruang  belakang, segera aku berlari ke belakang rumah. Ngos-ngosan sambil  bingung kemana, bingung nyari sapa. Dan nangis. Lalu kugedok tetangga  yang satu halaman belakang denganku. Namun ternyata semuanya sudah pergi  dari rumah. Lalu, kumemberanikan diri untuk masuk rumah kembali untuk  mengambil HP. Setelah ku masuk dan mencari hapeQ yang pada saat itu  sudah tertimbun buku – buku dan serpihan – serpihan atap lalu aku segera  keluar ke halaman belakang lagi. Segera kutelpon ibu yang pada saat itu  akan bertamasya ke baturaden dan saat itu sedang berada di daerah  jogja. Setelah kuceritakan, ibu dengan segera akan pergi menjemputku.  Setelah menelpon ibu, ku masuk rumah lagi, mencari tas, dan segera pergi  dari rumahku ini. Kulihat motorku ambruk dan ku ga bisa mengeluarkannya  karena pagar tembok depan rumah ambruk –bruk, sehingga pintu garasipun  terhadang tembok itu. Kutinggalkan rumah dalam keadaan terbuka. Ku sudah  tidak memikirkan rumah lagi. Ketika ku berjalan dengan tidak ada  tujuan, tiba – tiba ada tetanggaku yang minta bantuan untuk mencarikan  mobil karena beliau luka parah, ku gedok rumah – rumah yang sekiranya  ada mobil, namun sudah tidak ada jawaban. Ku bingung, dan kubilang ke  tetanggaku kalau tidak ada mobil dan kutinggal. Ku berjalan tak ada arah  pada saat itu. Pas sampai pertigaan jalan, ku berhenti. Ku berpikir mau  kemanakah aku. Sempat ku berpikir mau ke tempat mbakku. Tapi agak jauh  dari rumah, dan kemungkinan juga tidak ada angkutan pada saat itu. Lalu  tersirat dalam pikiranku ke tempat temennya tanteku. Di deket pondok  Krapyak. Segera ku berbalik arah dan menuju rumah Pak Lutfi itu.
Sampai disana tidak ada yang mengenaliku. Karena saat itu aku tidak  memakai jilbab, dan rambutku putih penuh serpihan atap. Namun tak berapa  lama, bu Lutfi mengenaliku. Lalu memelukku sambil nangis dan memakaikan  kerudung kepadaku.
Jam 7 lebih ibuku dating dengan menggunakan  taxi. Lalu memelukku. Tampak tegar sekali ibuku melihatku. Jam 8 kurang,  tiba-tiba orang – orang dari arah selatan lari dan bilang “banyune  munggah,,,tsunami..” segera kutarik ibu dan kuajak beliau lari kea rah  utara. Ku lari sampai alun – alun selatan. Dan kunaiki plengkung Gading  yang agak tinggi. Orang – orang berkumpul, menangis, berdoa, dan banyak  pula yang kehilangan sanak saudara mereka. Pukul 8 tiba – tiba kurasakan  gempa lagi. Setelah itu, ibu mengajakku mencari masjid. Dan kupun turun  dan berjalan mencari masjid bersama ibu. Setelah kutemukan masjid di  dekat alun – alun itu, segera ku sholat, sholatku tidak tenang dan air  mata pun tak kunjung berhenti mengaliri mataku. Di masjid itupun  digunakan pula sebagai posko kesehatan. Banyak sekali orang – orang yang  terluka dan dirawat di masjid itu. Siang menjelang sore, mbakku dari  solo datang untuk menjemput aku dan ibu. Masku ke rumah dan mengambil  motor, serta barang- barang yang sekiranya penting untuk dibawa. Serta  tak lupa ku titip kacamata coklat tercintaku. Setelah itu kami bertolak  ke Solo. Di rumah Solo, tak henti – hentinya nyaring ambulan terdengar.  Aku sedih sekali, dan malamnya hujan pula..berkali – kali ibuku menyuruh  ku mandi. Namun ku tidak mau. Ku masih trauma akan gempa.
Beberapa hari setelah bencana itu terjadi….
Ku  bolak balik solo – Jogja untuk sekolah. Hmm..capek juga sebenarnya. Ku  sempatkan suatu hari ikut berkunjung ke rumah teman- teman di daerah  Imogiri, yang tepatnya sebagai daerah pusat gempa. Teman – temanku  abnyak sekali di daerah sana. Sepanjang jalan kulihat rumah – ruamh yang  dulunya kokoh di pinggir jalan, pada saat itu rata dengan tanah dan  diganti dengan tenda –tenda bantuan. Hampir semua rumah teman – temanku  rata dengan tanah. Disana kita diterima di tenda –tenda bantuan mereka.  Sedih sekali…ada pula adek dari temanku meninggal karena gempa. Semua  orang menangis..
Semua itu kuartikan sebagai sebuah peringatan dari  Allah akan sebuah kiamat kecil, dan sebuah peringatan untuk selalu  berbuat baik, selalu mengingatNya, menyembahNya, dan bertaubat  kepadaNya..
Ampuni dosa- dosa kami ya Allah, bangkitkan semangat kami..amin.
Bangkit Jogja!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanks for comment this article. :)