Selasa, 24 Mei 2011

Gempa Jogja..

Gempa di Jogja…
Tepatnya Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.58 sebuah gempa dengan kekuatan hamper 6 skalarikter mengguncang Yogya, ratusan bahkan ribuan orang meninggal, luka – luka, kehilangan rumah, kehilangan sanak keluarga.hmm..jadi teringat tiga tahun lalu ketika aku masih tinggal di Yogya.
Saat itu, pagi-pagi sekali setelah mandi, dan bersiap-siap akan berangkat sekolah dan pada saat itu, tepatnya hari sabtu dengan seragam krem untuk hari itu dan bersiap untuk ujian fisika. seperti biasanya pas pagi-pagi sebelum sekolah, aku berada di ruang TV. Dan tiba- tiba goncangan hebat itupun terjadi. Ketika terjadi goncangan hebat itupun aku berusaha untuk berdiri, namun tak sanggup ku berdiri, monitor computer yang ada di atas meja komputerpun jatuh, atap – atap ambruk, tembok – tembok ambruk, rak – rak buku ambruk, semua ambruk. Setelah gempa selesai aku berusaha berdiri, dan berusaha untuk membuka semua pintu. Karena pada saat itu aku berada seorang diri di rumah dan pada saat itu pagi, jadi sebelumnya aku belum membuka pintu-pintu itu. Setelah terbuka pintu tengah, pintu antara ruang tengah dan ruang belakang, segera aku berlari ke belakang rumah. Ngos-ngosan sambil bingung kemana, bingung nyari sapa. Dan nangis. Lalu kugedok tetangga yang satu halaman belakang denganku. Namun ternyata semuanya sudah pergi dari rumah. Lalu, kumemberanikan diri untuk masuk rumah kembali untuk mengambil HP. Setelah ku masuk dan mencari hapeQ yang pada saat itu sudah tertimbun buku – buku dan serpihan – serpihan atap lalu aku segera keluar ke halaman belakang lagi. Segera kutelpon ibu yang pada saat itu akan bertamasya ke baturaden dan saat itu sedang berada di daerah jogja. Setelah kuceritakan, ibu dengan segera akan pergi menjemputku. Setelah menelpon ibu, ku masuk rumah lagi, mencari tas, dan segera pergi dari rumahku ini. Kulihat motorku ambruk dan ku ga bisa mengeluarkannya karena pagar tembok depan rumah ambruk –bruk, sehingga pintu garasipun terhadang tembok itu. Kutinggalkan rumah dalam keadaan terbuka. Ku sudah tidak memikirkan rumah lagi. Ketika ku berjalan dengan tidak ada tujuan, tiba – tiba ada tetanggaku yang minta bantuan untuk mencarikan mobil karena beliau luka parah, ku gedok rumah – rumah yang sekiranya ada mobil, namun sudah tidak ada jawaban. Ku bingung, dan kubilang ke tetanggaku kalau tidak ada mobil dan kutinggal. Ku berjalan tak ada arah pada saat itu. Pas sampai pertigaan jalan, ku berhenti. Ku berpikir mau kemanakah aku. Sempat ku berpikir mau ke tempat mbakku. Tapi agak jauh dari rumah, dan kemungkinan juga tidak ada angkutan pada saat itu. Lalu tersirat dalam pikiranku ke tempat temennya tanteku. Di deket pondok Krapyak. Segera ku berbalik arah dan menuju rumah Pak Lutfi itu.
Sampai disana tidak ada yang mengenaliku. Karena saat itu aku tidak memakai jilbab, dan rambutku putih penuh serpihan atap. Namun tak berapa lama, bu Lutfi mengenaliku. Lalu memelukku sambil nangis dan memakaikan kerudung kepadaku.
Jam 7 lebih ibuku dating dengan menggunakan taxi. Lalu memelukku. Tampak tegar sekali ibuku melihatku. Jam 8 kurang, tiba-tiba orang – orang dari arah selatan lari dan bilang “banyune munggah,,,tsunami..” segera kutarik ibu dan kuajak beliau lari kea rah utara. Ku lari sampai alun – alun selatan. Dan kunaiki plengkung Gading yang agak tinggi. Orang – orang berkumpul, menangis, berdoa, dan banyak pula yang kehilangan sanak saudara mereka. Pukul 8 tiba – tiba kurasakan gempa lagi. Setelah itu, ibu mengajakku mencari masjid. Dan kupun turun dan berjalan mencari masjid bersama ibu. Setelah kutemukan masjid di dekat alun – alun itu, segera ku sholat, sholatku tidak tenang dan air mata pun tak kunjung berhenti mengaliri mataku. Di masjid itupun digunakan pula sebagai posko kesehatan. Banyak sekali orang – orang yang terluka dan dirawat di masjid itu. Siang menjelang sore, mbakku dari solo datang untuk menjemput aku dan ibu. Masku ke rumah dan mengambil motor, serta barang- barang yang sekiranya penting untuk dibawa. Serta tak lupa ku titip kacamata coklat tercintaku. Setelah itu kami bertolak ke Solo. Di rumah Solo, tak henti – hentinya nyaring ambulan terdengar. Aku sedih sekali, dan malamnya hujan pula..berkali – kali ibuku menyuruh ku mandi. Namun ku tidak mau. Ku masih trauma akan gempa.
Beberapa hari setelah bencana itu terjadi….
Ku bolak balik solo – Jogja untuk sekolah. Hmm..capek juga sebenarnya. Ku sempatkan suatu hari ikut berkunjung ke rumah teman- teman di daerah Imogiri, yang tepatnya sebagai daerah pusat gempa. Teman – temanku abnyak sekali di daerah sana. Sepanjang jalan kulihat rumah – ruamh yang dulunya kokoh di pinggir jalan, pada saat itu rata dengan tanah dan diganti dengan tenda –tenda bantuan. Hampir semua rumah teman – temanku rata dengan tanah. Disana kita diterima di tenda –tenda bantuan mereka. Sedih sekali…ada pula adek dari temanku meninggal karena gempa. Semua orang menangis..
Semua itu kuartikan sebagai sebuah peringatan dari Allah akan sebuah kiamat kecil, dan sebuah peringatan untuk selalu berbuat baik, selalu mengingatNya, menyembahNya, dan bertaubat kepadaNya..
Ampuni dosa- dosa kami ya Allah, bangkitkan semangat kami..amin.
Bangkit Jogja!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for comment this article. :)